Peran Teknologi dalam
Perkembangan Media Pembelajaran
dan Ironi Sistem Pendidikan
Keguruan
di Tingkat Perguruan Tinggi
Oleh: Erie Agusta
Cerminan
proses pembelajaran merupakan tolak ukur suatu mutu pendidikan yang sedang
berlangsung. Mutu pendidikan sendiri merupakan hasil dari kegiatan proses
belajar-mengajar yang dilaksanakan di
dalam dan luar kelas yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil
belajar. Hasil belajar akan menjadi lebih meningkat, jika komponen yang
mendukung hasil belajar tersebut turut dikembangkan pemanfaatannya secara
optimal. Komponen itu diantaranya adalah siswa yang memiliki berbagai
karakteristik yang berbeda-beda, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik, media
pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, model
pembelajaran dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, jika suatu mutu pendidikan
ingin ditingkatkan maka usaha peningkatan salah satu komponen menjadi suatu
alternatif agar terciptanya mutu pembelajaran yang lebih baik (Agusta, 2012:1).
Dari
beberapa komponen yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu yang akan dibahas
di dalam tulisan ini adalah media pembelajaran. Media di dalam pengajaran
menjadi suatu hal yang paling berperan bagi guru untuk membentuk suatu simulasi
penyampaian materi yang efektif bagi siswa. Karena hal ini akan merangsang
emosional siswa untuk menciptakan suatu ikatan yang lebih baik, sebab dengan
adanya ikatan emosional yang lebih baik akan mendorong sistem manejemen daya
ingat peserta didik yang lebih efektif (Smith, 2009:129). Di sinilah peran
media dalam menciptakan ikatan emosional tersebut dalam lingkup pengalaman
pembelajaran.
Perkembangan
media pembelajaran di tahun-tahun belakangan ini telah menuntun suatu
moderenisasi gaya pengajaran guru terhadap siswa di dalam kelas. Media pembelajaran
yang berbasis komputer terutama dengan
menggunakan software animasi, merupakan
salah satu media pembelajaran yang paling berkembang dipergunakan oleh guru. Melihat
perkembangan tersebut, penulis merasa kompetensi guru dalam menggunaakan komputer menjadi hal
yang paling mendasar untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Tentunya
kompetensi ini harus bisa diterapkan secara merata, akan tetapi fakta di
lapangan menunjukan bahwa guru di daerah masih banyak yang belum bisa menguasai
komputer, fakta ini dilihat dari banyaknya guru yang kebingungan dalam
melaksanakan ujian kompetensi yang dilaksanakan oleh kemendiknas baru ini. Dari
fakta tersebut, setidaknya menjadi sebuah gambaran bahwa kompetensi guru dalam
penguasan komputer sangat memprihatinkan, apalagi untuk mengembangkan media
pembelajaran berbasis animasi. Apa yang terjadi dari fakta tersebut sebenarnya
hanyalah sebagian kecil dari rapuhnya kebijakan kementrian pendidikan dan
kebijakan pendidikan keguruan di perguruan tinggi yang menelurkan calon-calon
guru. Belum adanya pembekalan yang optimal dan perlunya suatu pembaharuan
pengembangan mata ajar pembuatan bahan ajar diharapkan akan menjadi suatu
solusi untuk menciptakan sebuah moderenisasi dalam pengajaran. Solusi ini
dirasakan perlu karena kompetensi pengembangan animasi sebagai media
pembelajaran yang diperoleh oleh guru sekarangpun cendurung diperoleh dengan
otodidak atau kursus. Oleh karena itu jika pengembangan animasi ini sudah
diterapkan sejak dini di tingkat perguruan tinggi maka kompetensi calon guru
akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang sekarang.
Berikut ini merupakan
beberapa aplikasi pemograman pembuatan bahan ajar berbasis animasi yang bisa
diterapkan secara otodidak ataupun kursus:
1. Wonder Share Quiz Creator 4.1.0
2.
Makromedia Flash Player Series
Masih banyak lagi aplikasi
pemograman yang bisa diterapkan, ini hanyalah sebagian kecil dari pengetahuan
penulis. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka:
Agusta, Erie. 2012. Studi Komparatif antara Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan Tebak Kata terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Biologi di SMA Muhammadiyah Palembang. Skripsi tidak diterbitkan. Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang.
Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.